Apa sih Buaya Putih??
Oleh, Iwan Sape'i, S.Pd., M.Pd.
Kesenian
Tradisional Buaya Putih di Padarincang khususnya di Kampung Curugdahu
Desa Kadubeureum adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa
diwilayah tersebut. Berbeda dengan dibeberapa Kecamatan yang ada di
Kabupaten Serang, Kesenian Tradisional Buaya Putih di Kampung Curugdahu
sampai saat ini masih terpelihara dan terjaga malah semakin banyak
perkembangan. Terbukti dengan masih dilakukannya acara pertunjukan
setiap bulan sekali minggu keempat dalam acara latihan yang bertempat
disanggar seni. Pertunjukan tersebut biasanya dilakukan dalam acara
mapag panganten (pernikahan), khitanan, peresmian gedung, penyambutan
tamu, pembukaan perlombaan, ikhtifalan (lepas kenang anak sekolah).
Asal-Usul Kesenian Tradisional Buaya Putih di Kampung
Kehidupan
masyarakat pedesaan memang sangat unik apabila dibandingkan dengan kehidupan di
kota ditunjang dengan lingkungan alam yang asri serta memegang tradisi yang
kuat, tercipta suasana kekeluargaan yang akrab dan harmonis di karenakan
masyarakat pedesaan saat ini masih senang mendengarkan cerita-cerita tentang
dongeng, cerita sejarah serta bersifat aktual lainnya. Nilai budaya inilah yang
perlu kita tumbuh dan kembangkan sehingga tidak terlepas dari keaslian dan ciri
khasnya, sebab nilai budaya adalah nilai abstrak yang sangat mendasar dan
dianggap penting dalam kehidupan manusia yang meliputi hubungan manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, serta hubungan manusia
dengan waktu dan pekerjaannya.
Alam
Padarincang yang indah dikelilingi oleh pegunungan terbentang pesawahan yang
luas dan subur dengan panorama yang sangat menawan serta memiliki udara yang
nyaman dan segar. Wilayah Kecamatan Padarincang terletak 37 KM dari Ibukota
Kabupaten Serang wilayah ini adalah sebagai paru-parunya Ibukota yang terenal
dengan beras kewalnya serta buah durian yang lezat rasanya tak ketinggalan
pepes belut yang sangat menggoyang lidah.
Dikawasan
Kecamatan Padarincang terdapat kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa serta
Rawa Dano yang sangat terkenal dengan ke angkerannya. Kesenian Tradisional Buaya
Putih ada sekitar tahun 70-an dan sebelumnya bernama Kesenian Buaya Mangap.
Konon katanya kepalanya terbuat dari pelapah rumbia (Kiray) dalam bahasa
setempat, dua pelapah tersebut disatukan dibuat menyerupai kepala buaya maka
hasilnya kepala buaya atau mulut buaya itu hanya bisa menganga (mangap) dalam
bahasa setempat, dengan demikian disebutlah oleh masyarakat Kampung Curugdahu
Desa Kadubeureum Kecamatan Padarincang menyebutnya buaya mangap.
Menurut
Bapak Basri kelahiran tahun 1936 dan Bapak Sanukri kelahiran 1933 sejak
anak-anak dia sudah tahu ada kesenian tersebut, dan dia bercerita bahwa sejak
kecil sudah mengenal dan melihatnya Kesenian Buaya Mangap itu, Buaya Putih yang
sekarang dikenal masyarakat luas itu semata-mata karena hikmah adanya ulang tahun hari jadi
Kabupaten Serang, pada tahun itu 1992 – 1993 diadakan lomba seni helaran
tradisional se Kabupaten Serang, dengan hasil kesepakatan masyarakat Curugdahu
dan aparat Kecamatan Padarincang maka nama Buaya Mangap itu diperhalus diganti
menjadi Buaya Putih, konon katanya kalau mangap berkesan kurang seninya dan
berkesan tidak baik. Atas kuasa Allah Alhamdulillah hasil keseriusan para
pemain atas bimbingan Surya Permana, S.Pd kelahiran tahun 1956 saat ini
pensiunan KCD Padarincang. Kesenian ini tidak termasuk mitos, Kesenian Buaya
Putih ini satu-satunya yang ada di Kecamatan Padarincang sebagai seni yang
diwariskan oleh para leluhurnya, mengenai pertunjukan Kesenian Tradisional
Buaya Putih ini tidak bisa asal tunjuk jari untuk memainkan, karena selain
pemain itu harus dilatih terlebih dahulu juga harus tahu nada musik yang
dimainkan oleh pemusik rudat sehingga langkah demi langkah saat berjalan pun
mengikuti irama rudat dan bedug besar, selain itu pula Kesenian Buaya Putih ini
termasuk benda-benda yang dipasang di kerangka buaya tersebut berfungsi sebagai
sarana penghantar yang akan dibawa ke pihak mempelai putri pada saat perkawinan
sebagai bentuk seserahan dari pihak mempelai pengantin pria yang tentunya
ditujukan kepada mempelai wanita.
Barang-barang
atau benda lain yang akan diberikan kepada mempelai putri, dikemas di atas
kerangka buaya putih itu atau disimpan di punggung buaya, dan bentuk kepala
buaya atau mulut buaya yang menganga itu semata-mata bukan sebuah hiasan,
melainkan untuk menyimpan bekakak ayam
yang akan digunakan pada saat huap lingkung (saling menyuapi antara mempelai
pria dan wanita).
Para
tokoh masyarakat Curugdahu (Bapak Basri) yang di wawancarai pada tanggal 28
November 2010 menjelaskan bahwa Kesenian Tradisional Buaya Putih merupakan seni
asli dari Masyarakat Padarincang khususnya Curugdahu. Lahirnya seni ini tidak
pasti atau tidak ada yang tahu sebab ketika mereka lahir, seni ini sudah ada.
Prediksi lahirnya seni ini menurut narasumber (Bapak Basri) sekitar tahun
70-an. Masyarakat Padarincang sudah mengenalnya.
Banyak
versi mengenai asal-usul Kesenian Tradisional Buaya Putih di Kampung Curugdahu
dan sekitarnya. Salah satunya beranggapan bahwa selain digunakan khusus hajatan
pengantinan ada juga yang berpendapat saat hajatan khitanan penyambutan tamu,
peresmian gedung, pembukaan perlombaan dan pawai ta’aruf, memanfaatkan seni ini
dengan cara memasukan ajaran-ajaran islam kedalam naskah wawacan (bacaan),
namun yang lebih diperkuat dalam kesenian ini kebersamaannya (gotong royong) terlihat
ketika satu hari sebelum merayakan mengarak pengantin (ngiring panganten)
bahasa setempat masyarakat berkumpul untuk membantu pembuatan kerangka buaya
tersebut, sehingga masyarakat tanpa diundangpun langsung berdatangan saling
membantu ada juga yang memberi bahan-bahan yang dibutuhkan untuk serah-serahan
sesuai dengan kemampuan masyarakat itu sendiri.
1.
Unsur
Wawacan (bacaan)
Wawacan
(bacaan) yang dibacakan dalam pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih
terdiri dari pembacaan salam-salam Assalamu’alaikum dan dibacaan Salawat pembua
ngarak pengantin, dan terakhir dibacakan do’a kidung sawer panganten ( pengantin
) namun, hanya beberapa wawacan (bacaan) yang sering dibacakan hal ini
berkaitan dengan dua tata cara pembacaan awal dan akhir, artinya sebelum
berangkat dibacakan salam-salam dan salawat dan yang terakhir setelah selesai
acara dibacakan kidung sawer panganten atau pepeling ( pengingat ) oleh juru
kawih.
Wawacan
(bacaan) dalam bentuk do’a-do’a yang
disampaikan pada sa’at mau berangkat mengarak pangaten (pengantin) yang sering
dimulai atau diawali oleh H.Ustad Tb. Ma’mun Masyarakat Kampung Pasar
Padarincang dan diikuti oleh kelompok dari Kesenian Tradisonal Buaya Putih yang
tentunya sudah dilatih sebelumnya dan diikuti pula oleh keluarga mempelai
laki-laki do’a tersebut seperti dibawah ini :
Keluarga
besar Mempelai pria sebelum berangkat menuju kediaman Mempelai Putri maka
terlebih dahulu dibacakan Do’a seperti di bawah ini
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَللَّـهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَدِمْ وَأَنْعِمْ وَتَفَضَّلْ وَبَـارِكْ بِجَلاَلِكَ
وَكَمَالِكَ عَلَى زَيْنِى عُبَّـادِكَ وَأَشْرَفِ عُبَّـادِكَ. أَشْرَافِ
الْعَرَبِ وَالْعَزَمِ . وَإِمَـامِ طَيِّبَةً وَالْحَرَامِ. وَمَنْ بَعِ
الْعِلْمِ وَالْحِلْمِ وَالْحِكْمَةِ وَالْحِكاَمِ . أَبِى القَسِيْمِ سَيِّدِنَـا
وَمَوْلَنَـا صلعم . زِدْهُ شَرَفًا وَكَرَمًـا وَتَعْظِيْمًـا وَمَحَبَّةً .
وَسَلِّمْ رَضِيَ اللهُ تَبَـارَكَ وَتَعَـالَى عَنْ كُلِّ صَحَـابَةِ رَسُوْلِ
اللهِ أَجْمَعِيْـنَ.
Bismillahirrohmanirrohiim
Allohumma solli Wasallim wazid wadim wa An’im
watafaddol wabaarik bijalaalika wakamaalika ‘Alaa Zaini “Ubbaadika Wa asyrofi
‘Ubbaadika. Asyrofil ‘Arobi Wal azami. Wa Imaami Toyyiban walharoom. Wamam bail
Ilmi walhilmi wal hikmati walhikaam. Abil Kosiimi sayyidina wamaulanaa Saw. Zid
syarofaw wakaromaw wata’dhimaw wamahabbatan.
Wasallim rodiallohu Tabaaroka wat’alaa an kulli
Sohaabati Rosulillahi ajmaiin.
Hartosna /Artinya :
Kalawan nyebat jenengan Alloh anu maha Welas tur nu
maha Asih
Dengan menyebut nama Alloh yang mha Pengasih dan maha
Penyayang
Nun Gusti Allah mugi-mugi ngarohmatan Gusti
jeung mugi-mugi nyalametkeun Gusti
Jeung mugi-mugi nambahan rohmat Gusti
Jeung mugi-mugi ngalanggengkeun Gusti
Jeung mugi-mugi masihan Nikmat Gusti
Jeung mugi-mugi ngagungkeun Gusti
Jeung mugi-mugi ngaberkahan Gusti. Demi ka agungan
Gusti sareng demi ka sampurnaan Gusti atas papaes hamba gusti jeung ka mulyaan
hamba Gusti atas jalma anu mulya anu bangsa tanah Arab jeung tanah Azam (Luar
arab).
Jeung anu jadi paamingpin tanag Toyyib(Madinah) jeung
tanah Haram(Mekah).
Jeung anu jadi sumber ilmu jeung sifat Hilim/kalem/teu
buru-buru jeung sumber hikmah jeung sumber hukum.
Tegesna/Tafsiran ki Abil Kosim anu jadi Gusti kami
sadaya nyaeta Kangjeng Nabi Muhammad saw.
Mugi-mugi Nambihan Gusti(Alloh) ka Kangjeng Nabi
Muhammad saw kan ka mulyaan jeung tegesna kamulyaan jeung ka agungan jeung ka
bogoh.
Jeung mugi-mugi nyalametkeun jeung ngaridoan Gusti
Alloh anu maha Agung jeung anu maha luhur tina sakabeh sahabat Kangjeng
Rosululloh /nyatana sadayana.
Artinya dari bahasa Indonesia :
Ya Allah
semoga memberikan rahmat
Dan semoga menyelamatkan
Dan semoga menambah rohmat
Dan semoga memberi ketetapan
Dan semoga memberi kenikmatan
Dan semoga mengungkan
Dan semoga memberi keberkahan Demi ke besaran Allah
dan demi kesempurnaan Allah atas kesempurnaan hambanya dan kemuliaan hambanya
atas manusia yamg mulia dari bangsa Arab dan luar tanah Arab
Dan yang jadi pemimpin tanah Madinah dan tanah Mekah.
Dan yang menjadi sumber ilmu dan sifat Hilim (penyabar) dan sumber hukum yaitu Abul Qosim yang
menjadi tauladan kami semua yaitu Nabi Muhammada saw.
Semoga Allah menambahkan kemuliaan kepada Nabi
Muhammad dan ke agungan dan kecintaan
dan semoga memberi keselamatan dan memberi keridoan Allah yang maha Besar dan
maha Tinggi kepada semua sahabat Rosulullah saw.
Lafad berikut arti :
بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Bismillahirrohmanirrohiim
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang
اَللَّـهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَزِدْ وَدِمْ وَأَنْعِمْ
وَتَفَضَّلْ وَبَـارِكْ
Allohumma solli Wasallim wazid wadim wa An’im
watafaddol wabaarik
Ya Allah semoga memberi rahmat dan keselamatan dan
menetapkan dan memeberi nikmat dan mengagungkan dan semoga memberi keberkahan
بِجَلاَلِكَ وَكَمَالِكَ عَلَى زَيْنِى عُبَّـادِكَ
وَأَشْرَفِ عُبَّـادِكَ
Bijalaalika wakamaalika ‘Alaa Zaini “Ubbaadika Wa
asyrofi ‘Ubbaadika.
Demi kebesaran-Mu dan kesempurnaan-Mu hiasilah hambamu
dan muliakanlah hambamu
أَشْرَافِ الْعَرَبِ
وَالْعَزَمِ . وَإِمَـامِ طَيِّبَةً وَالْحَرَامِ
Asyrofil ‘Arobi Wal azami. Wa Imaami Toyyiban
walharoom
Atas kemuliaan bangsa Arab dan luar bangsa Arab
وَمَنْ بَعِ الْعِلْمِ وَالْحِلْمِ وَالْحِكْمَةِ
وَالْحِكاَمِ . أَبِى القَسِيْمِ سَيِّدِنَـا وَمَوْلَنَـا صلعم
Wamam bail Ilmi walhilmi wal hikmati walhikaam. Abil
Kosiimi sayyidina wamaulanaa saw
Yang menjadi sumber ilmu,hilm,hikmah dan hukum yaitu
Abi Qosim saw yang menjadi panutan kami
semua
زِدْهُ شَرَفًا وَكَرَمًـا وَتَعْظِيْمًـا وَمَحَبَّةً
Zid syarofaw wakaromaw wata’dhimaw wamahabbatan.
Tambahkanlah kemuliaan,keagungan,kebesaran dan kasih
sayang
وَسَلِّمْ رَضِيَ اللهُ تَبَـارَكَ وَتَعَـالَى عَنْ
كُلِّ صَحَـابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْـنَ
Wasallim rodiallohu Tabaaroka wat’alaa an kulli
Sohaabati Rosulillahi ajmaiin.
Dan berilah keselamatan dan keberkahan dari semua para
sohabat rosuulullah saw sekalian
Begitu pun dengan wawacan (bacaan) do’a buka pintu dibacakan
seusai akad nikah sebelum duduk bersanding dipelaminan maka diadakan terlebih
dahulu acara buka pintu, posisi pihak mempelai putra ada di depan pintu dan
ditutup dengan sabuk atau kain panjang dan pihak mempelai putri ada di dalam
bertanda mengingatkan bahwa ada tamu untuk berkunjung yang sudah sah menjadi suami mempelai putri.
Seusai akad
nikah sebelum duduk bersanding di pelaminan maka diadakan terlebih dahulu acara
buka pintu.
Tahap
pertama
سَـلاَمْ
سَـلاَمْ أَلسَّـلاَمُ عَلَيْكُمْ دَرَابِهِمْ مُوْرَوْ نَعِيْمِ
رَاَ
اللهْ رَأَاللهُ الْبَيْتً نِ الْحَمَامَةَ يَجْمَعُوْ... يَـالَيْلْ...
يَالَيْلْ...يَالَيْل...
Salam Salam Assalamu ‘alaikum Daroobihim murau na’iim
Ro Allah Ro Allaul Baitani hamamati yajma’uu…
Yaliiil…Yaliil… Yaliil..
Hartosna/Artinya :
Ari kasalametan eta mugi tetep atas maraneh kabeh nyatana/tegesna
Desa kaum muslimin muslimat nyatana/tegesna desa kanikmatan
Ya Allah ya Allah muga masihan nikmat gusti kana ahli
bait anu tetep dina panggonann nana anu kumpul kabeh … Yaliil….Yaliil…Yaliiil
Keselamatan semoga menyertai kamu sekalian yaitu desa
kaum muslimin muslimat yang punya kenikmatan.
Ya Allah ya Allah semoga memberi nikmat kepada pemilik rumah yang menempatinya yang
berkumpul semua … Yaliiil….yaliiil…yaliiil…
سَـلاَمْ سَـلاَمْ أَلسَّـلاَمُ عَلَيْكُمْ دَرَابِهِمْ
مُوْرَوْ نَعِيْمِ
Salam Salam Assalamu ‘alaikum Daroobihim murau na’iim
Keselamatan semoga menyertai kamu sekalian yaitu desa
kaum muslimin muslimat yang punya kenikmatan.
رَاَ
اللهْ رَأَاللهُ الْبَيْتً نِ الْحَمَامَةَ يَجْمَعُوْ... يَـالَيْلْ...
يَالَيْلْ...يَالَيْل...
Ro Allah Ro Allaul Baitani hamamati yajma’uu…
Yaliiil…Yaliil… Yaliil..
Ya Allah ya Allah semoga memberi nikmat kepada pemilik rumah yang menempatinya yang
berkumpul semua … Yaliiil….yaliiil…yaliiil…
Tahap ke dua :
يَـالَيْلْ.......
فَلاَ زَلَ غَلْبِ لِلْحُمُوْمِ مُلاَزِمًـا اِذَا كَانَ هَذَا الْبَابُ لَيْسَ
يُوَسَّعُ يَـالَيْلْ....... يَاحُجْرَةً
ضَمَّ جمَالَ مُحَمَّدٍ حَوَيْتِ كَرِيْمًا سَيِّدًا بَدْرًا مَطَالَ عُمْرُ
مِنِّى يَـاحَبِيْبِى
يَـالَيْلْ.......
أَنْ أَنْظُرَ الْحُجُرَةَ مَقَـامَكَ مَحْمُوْدٌ وَأَنْتَ مُحَمَّدٌ وَرَبُ
السَّـمَاءِ أَضـَاؤ يَـالَيْلْ.......
Bacaan dengan latin
Yalaiil….Falaa zala gholbi lilhumuumi Mulaziman ida
kaana hadal babu laisa yuassa’u
Yaliil……Ya Hujrotan dhomma jamala Muhammadin hawaiti
kariiman sayyidan Badran mathoola ‘umru minnii ya habibi
Ya laiiil…. An Andhuro hujurota makoomaka Mahmuudun
waanta Muhammadun Warobbus samaa’i
Adhoo’u Ya Laiiil….
Hartosna /Artinya :
Ya Liiil… panjang !
Mangka teu gingsir-gingsir / teu eureun-eureun kana
ngelehkeun sakabeh kabingung dina salagina langgeng saha jalma tatkala/lamun
aya naon ieu pintu anu teu aya bisa ngajembarkeun
Ya Liil…..He Ahli kamar, ngumpulkeun Gusti kana ka
Agungan Kangjeng NAbi Muhammad saw dina waktu mayeng/tetep kamulyaan anu jadi
Gusti anu jadi bulan purnama sapanjang umur tina kaula teh kekeasihku
Ya Liiil….. Kana yen tah muga ningali kaula kana
tempat gusti (Nabi) jeung makom Gusti (Nabi) anu dipuji jeung ari Gusti eta anu
dipuji jeung anu ngurus sakabeh langit berang jeung peuting Ya Liiil…..
Ya Liiil…. Panjang
Maka tidak akan berhenti menghilangkan kebingungan
selama pintu itu ada dan terbuka lebar
Ya Laiiil….. Ya penghuni kamar semoga Allah
mengumpulkan kebesara Muhammad saw pada
waktu tetap kemuliaan yang menjadi Bulan purnama sepanjang usiaku. Hai Kekasihku…
Ya Liiil….. Dan semoga Allah memperlihatkanku pada
makom Nabi yang terpuji. Dan Kamu lah Allah yang menerangi lagit siang dan
malam Ya Liiil…..
يَـالَيْلْ.......
فَلاَ زَلَ غَلْبِ لِلْحُمُوْمِ مُلاَزِمًـا اِذَا كَانَ هَذَا الْبَابُ لَيْسَ
يُوَسَّعُ
Yalaiil….Falaa zala gholbi lilhumuumi Mulaziman ida
kaana hadal babu laisa yuassa’u
Ya Liiil…. Panjang
Maka tidak akan berhenti menghilangkan kebingungan
selama pintu itu ada dan terbuka lebar
يَـالَيْلْ....... يَاحُجْرَةً ضَمَّ جمَالَ مُحَمَّدٍ حَوَيْتِ
كَرِيْمًا سَيِّدًا بَدْرًا مَطَالَ عُمْرُمِنِّى يَـاحَبِيْبِى
Yaliil……Ya Hujrotan dhomma jamala Muhammadin hawaiti
kariiman sayyidan Badran mathoola ‘umru minnii ya habibi
Ya Laiiil….. Ya penghuni kamar semoga Allah
mengumpulkan kebesara Muhammad saw pada
waktu tetap kemuliaan yang menjadi Bulan purnama sepanjang usiaku. Hai
Kekasihku…
َيـالَيْلْ.......
أَنْ أَنْظُرَ الْحُجُرَةَ مَقَـامَكَ مَحْمُوْدٌ وَأَنْتَ مُحَمَّدٌ وَرَبُ
السَّـمَاءِ أَضـَاؤ يَـالَيْلْ.......
Ya laiiil…. An Andhuro hujurota makoomaka Mahmuudun
waanta Muhammadun Warobbus samaa’i
Adhoo’u Ya Laiiil….
Ya Liiil….. Dan semoga Allah memperlihatkanku pada
makom Nabi yang terpuji. Dan Kamu lah Allah yang menerangi lagit siang dan
malam Ya Liiil…..
DIALOG
BUKA PINTU DENGAN BAHASA SUNDA
P : Saha eta anu di luar
ketrok bangun nu sidik
teuaya pisan ras-rasan
tah geuning keketrok deui
L : Duh eulis mugi di tampi
pan ieu teh anu dijugjug
P : Saha atuh anu diluar
L : Eulismah kacida teuing
buka pintu ieu engkang hoyong teupang
P : Mangga! Tapi saha euta
abdi hoyong geura sidik
mangga abdi hoyong terang
L : Pan engkang caroge eulis
bieu geus kasaksen
urang duaan ngadahuk
kasaksen kusadayana
sareng wantun sumpah kayang widi
P : Lamun leres cing atuh neda waleran
P : Naon
anu jadi padoman
pikeun engkang nyandang abdi
L : Kapan ikhsan sareng iman
iman tekad dina ati
ikhsan laku pinilih
P : Dupi jihad nu dituju
jeroning nyandak garwa
L : Kajihad ni’mating gusti
P : Bangun leres nu diluar teh panutan
L : Atuh blak panto teh buka
P : Antosan sakedap deui!
abdi rek tumaros heula, naon pikeun modal diri
keur hirup sareng abdi, ukur jujur sareng junur
leuh mangga atuh lenggah mung abdi neda saeutik
memeh lebet teh pok ngaos sahadat heula
P/L : Bismilahirrohmanirrohim
ashaduallailahailallah
waashaduannamuhammadarrosulullah
Begitu
pun dengan wawacan (bacaan) kidung atau yang sering disebut kidung sawer
panganten (pengantin) yang menceritakan seorang pengantin putri harus menerima
kedatangan suami serta taat pada suami begitu pula seorang suami harus santun,
harus banyak bertanggung jawab pada istri dan sepasang pengantin harus sujud
dihadapan kedua orang masing-masing untuk memohon do’a dan ucapan terima kasih
yang telah mendidik hingga menikah, harapan kedua mempelai pun agar langgeng
berumah tangga dan keluarga sakinah mawadah warahmah.
Dan
juru kawih sambil mengumandangkan kidung sawernya seperti dibawah ini :
KIDUNG
SAWER (SAWER PANGANTEN)
Bismillah ngawitan
ngidung
Nyebut asma maha suci
Maha welas maha asih
Sembaheun urang sadaya
Lahir tumekaning batin
Kidung pangjurung
rahayu
Hariring pamatri asih
Haleuang panyimpai
heman
Kaujang nyai sarimbit
Nunuju kasinagrahar
Rahmat ni’mat maha widi
Aduh eneng asep (bisa
diganti dengan nama) buah kalbu
Sing tapis ngawisik
diri
Kasepuh langgeng
sumujud
Kanu asih tileuleutik
Ibu rama nu miheman
Jasana moal kabeuli
Sukuran kamaha agung
Sumujudnya nglalakonan
Lima waktu sing gumati
Netepan parentah allah
Dipalar salehna galih
Pamungkas hariring
kidung
Pamelang rineka
dangding
Sugan aya mangpaatna
Keur bekel hirup di
lahir
Mugi gusti ngaijabah
Amin ya robal alamin
Amin ya robbal alamin
mugi gusti nangtayungan
2.
Unsur
Pemain dan Pemusik
Ada
beberapa syarat untuk menjadi pemain Kesenian Tradisional Buaya Putih khususnya
lengser (pemandu keseluruhan acara), seorang lengser harus mengetahui tugas
keseluruhan pemain serta memberi kode-kode terhadap petugas pembaca wawacan
(bacaan) kapan saat dimulai sebelum berangkat lengser sudah mempunyai kode atau
aba-aba termasuk kapan mulai musik rudat dibunyikannya.
Pemain
Kesenian Tradisional Buaya Putih berjumlah sekitar minimal 40 maksimal 50 orang
masing-masing mempunyai tugas tersendiri, seperti : 2 orang paling depan dan
dua orang paling belakang semuanya terdiri dari laki-laki yang bertubuh kekar,
karena bertugas sebagai pembawa atau pemain umbul-umbul besar yang berfungsi sebagai
benteng pembatas depan dan belakang Kesenian Tradisional Buaya Putih. Urutan
kedua pada barisan kesenian tersebut
berdiri seorang lengser bertugas untuk mengatur keseluruhan anggota dan saat
pertunjukan sudah dimulai lengser tidak tetap disatu tempat artinya bisa kemana
saja untuk mengawasi dan memberi kode (tanda) gerakan-gerakan yang lainnya
urutan ketiga pada barisan kesenian tersebut 2 orang boleh dari 2 putra atau dari 2 orang putri atau dari 2
orang putra dan putri bertugas membawa spanduk yang bertuliskan Kesenian
Tradisional Buaya Putih diurutan keempat terdiri dari 10 orang putra bertugas memainkan umbul-umbul
kecil sebagai pemeriah acara saat display (atraksi) urutan kelima terdiri dari
8 orang sebagai pagar ayu atau penari dengan gerakan sebagai penabur bunga
untuk menghormati kedua mempelai yang dianggap sebagai raja dan ratu buaya
putih urutan keenam ini relitif tergantung yang punya hajat seperti jika
pernikahan maka posisi disini sepasang pengantin, jika khitanan masih diposisi
keenam maka seorang anak kecil sebagai pengantin sunat, dan jika penyambutan
tamu, maka tamulah yang tepat posisi diurutan keenam dll, diurutan ketujuh 4
orang bertugas sebagai pemain atau penggerak buaya putih jika dalam perlombaan,
tetapi kalau dalam pernikahan maka sekitar sepuluh orang yang bertugas sebagai
pengangkat atau penggotong buaya, urutan kedelapan 24 orang putra sebagai
pemain musik rudat urutan kesembilan 3 orang putra sebagai pemain bedug besar.
3.
Tahapan
Pertunjukan
a.
Tahapan pertunjukan dalam Kesenian Tradisional
Buaya Putih, pembacaan yassin dilakukan pada malam hari ba’da isya sebelum
keesokan harinya pertunjukan dimulai dengan bersama-sama seluruh pemain Kesenian
Tradisional Buaya Putih, menurut Bapak Mansyur (saat wawancara tanggal 27 November
2010), kegiatan ini bertujuan untuk memohon kepada Yang Maha Kuasa (Allah)
supaya kegiatan pertunjukan dapat dilaksanakan dengan tanpa gangguan apapun.
Setelah membaca do’a bersama, sesepuh pada kesenian tersebut membagikan air
putih yang sudah disiapkan dari teko dan dituangkan kedalam gelas untuk diminum
oleh para pemain.
Adapun
tujuan untuk meminta barokah /keselamatan kepada Allah agar diberikan kamonesan
menurut bahasa masyarakat Curugdahu, kamonesan dalam arti keistimewaan saat
pertunjukan berlangsung, maka setiap peserta atau para pemain Kesenian
Tradisional Buaya Putih diwajibkan pada saat pengajian yassin dan do’a bersama
hadir dan tidak ada satupun yang ketinggalan.
b.
Cara Penyajian
Seperti dijelaskan sebelumnya,
pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih tidak memerlukan panggung yang khusus
disediakan. Karena para pemain hanya berbaris atau berjajar dijalan, atau
dihalaman. Karena kesenian ini sifatnya helaran atau seni berjalan, bergoyang
atau menari serta mengerak-gerakkan buaya berjalan sambil menuju mempelai
putri, jika dalam pertunjukan yang sifatnya dilombakan maka ketika didepan juri
sekelompok kesenian ini mengadakan display pertunjukan (atraksi).
Penyajian
awal dimulai dengan musik rudat dengan jenis bunyi gembrung, bunyi gembrung ini
bertanda untuk mengingatkan atau mengundang masyarakat disekitarnya bahwa
dengan adanya musik gembrung dibunyikan bertanda pertunjukan atau ngarak
pengantin akan segera dimulai. Namun sebelum dimulai seusai musik rudat yang
berbunyi gembrung itu, maka dibacakanlah do’a yang berbunyi atau yang bernada
seperti mengaji, selesai do’a tersebut dibacakan maka musik rudat pun berbunyi
lagi atau dimainkan lagi dengan nada kemplong bertanda pertunjukan dimulai dan
berjalan menuju mempelai putri.
4.
Alat
Musik Pengiring
Alat
musik pengiring dalam pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih pada masa
lalu sekitar tahun 80-an atau pun sekarang masih sama yaitu sama menggunakan
alat musik rudat. Tetapi sekitar 80-an hanya 6 buah rudat saja, yakni:
(pengiring) atau talingting, (sela) atau ting-ting-ting, (telu) atau dung-dung,
(pongpak) atau pongpak-pongpak, (kempul) atau tung-tung-tung tanpa henti (indung)
atau deg-deg-deg atau der-der-der.
Dari
keenam alat musik pengiring Kesenian Tradisional Buaya Putih (rudat) semuanya
bisa mengeluarkan getaran suara melalui pukulan tangan, kecuali satu alat musik
yang dipukul menggunaan ranting kayu yaitu bedug besar yang biasa masyarakat
Curugdahu memanggilnya indung (ibu), karena katanya (menurut hasil wawancara
dengan Bapak Sadar) suaranya paling besar maka dikatakannya indung, indung yang
berarti ibu, maka ibulah yang paling banyak mengayomi dalam keluarga jika
dibandingkan dalam kehidupan jadi ibu sangat besar pengaruhnya, maka bedug
besarpun sangat besar mewarnai bunyi musik rudat tersebut.
Sekitar
tahun 1992 setelah mendapatkan juara satu lewat lomba helaran Kesenian
Tradisional se Kabupaten Serang, maka Dinas Pariwisata Daerah (DIPARDA) selalu
mendatangi sanggar yang ada di Desa Kadubeureum yakni Sanggar Seni Tradisioanl
Buaya Putih untuk selalu membina tentang pengemasan musik rudat tersebut, dan
musik indaung pun diganti dengan bedug besar yang langsung diberi oleh Dinas
Pariwisata Daerah. Menurut (bapak Mansyur) saat diwawancarai oleh penulis
tanggal 27 November 2010, yang memberi bedug besar tersebut adalah Bapak Ating
petugas dari Dinas Pariwisata Daerah (DIPARDA) yang sekarang disebut Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata (DISBUDPAR).
Dengan
hasil bimbingan petugas dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) maka,
banyak perkembangan tentang pengemasan atau memainkan musik rudat, termasuk
jumlah musik rudatnya pun berjumlah 24. Setiap jenis musik berjumlah 4 sehingga
jumlah keseluruhan 24 buah jadi 1 macam bunyi musik digandakan menjadi 4,
keberuntungannya ketika mengarak dalam pertunjukan, meski ada 1 atau 2 orang
pemain musik merasa kelelahan dan berhenti memainkannya masih ada yang lain
dengan bunyi yang sama.
Dengan
hasil pengumpulan suara dari keseluruhan bunyi rudat dibedakan menjadi 3 jenis
suara atau bunyi yaitu : gembrung, kemplong, dan paria-ria fungsi gembrung
bertanda akan segera dimulai dan mengundang warga setempat, kemplong bunyi
musik rudat digunakan untuk berjalan atau saat dimulainya pertunjukan sedangkan
paria-ria digunakan saat display atau pertunjukan (atraksi).
5.
Busana
Busana
yang dipakai dalam pertunjukan Kesenian Tradisional Buaya Putih sangat bervariasi,
seperti : untuk pemain rudat selalu memakai baju koko lengkap dengan celananya
yang disebut oleh warga masyarakat Curugdahu (kampret) dilengkapi dengan
selendang sarung yang dilipat serta memakai peci hitam tetapi kalau untuk warna
tidak monoton artinya selalu berganti-ganti warna tentunya yang sudah
disediakan oleh pimpinan sanggar (saat ini) untuk pemain atau penggerak buaya masih
sama baju koko masih lengap dengan celana (kampret) hanya dilengkapi dengan
ikat pinggang dan ikat kepala, pakaian untuk menari model baju kebaya memakai
jilbab dan dihiasi dengan selendang yang dipasang di pinggang serta digunakan
untuk menari.
Berdasarkan
penelitian yang penulis lakukan dalam pertunjukan, unsur kostum mengalami
perubahan atau disesuaikan dengan acara yang diikutinya, terkadang harus sesuai
warna dengan yang membutuhkan (penghajat) maka setiap event pun selalu berganti
kostum dan warna agar penikmat atau yang menyaksikan tidak merasa bosan dengan
kostum dan warna yang di dikenakan (dipakai).
6.
Simbol
Simbol
dalam Kesenian Tradisional Buaya Putih setiap akan tampil selalu membuat
kerangka buaya yang terbuat dari kayu (untuk kepalanya) satu batang bambu yang
ukurannya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk dijadikan untuk dijadikan tulang
punggung (tulang rusuk) sampai keekor buaya membentuk badan buaya masih terbuat
dari bambu dan daun kelapa muda yang masih menguning (janur kuning) dipasang
mengelilingi perut buaya hingga ekor, di leher buaya dipasang kalung yang
terbuat dari daun sirih berikut batangnya, buah pinang yang sudah menguning
(matang), dan ijuk. Simbol ini maksudnya, kerangka buaya digunakan untuk
membawa barang-barang yang akan diberikan atau dibawa ke pihak mempelai putri
dan ukurannya menunjukan simbol status keluarga pihak mempelai putra daun sirih
untuk dimanfaatkan sebagai obat bau badan dan jamu serta dipakai nginang oleh
kaum ibu-ibu yang merasa lelah jikalau sedang ikut masak dirumah mempelai
putri, dan batang sirih dimanfaatkan untuk ditanam disamping rumah sebagai
simbol tanda perkawinan hari, bulan, dan tahun begitu pula dengan buah pinang
(jebug) sebutan Masyarakat Curugdahu digunakan untuk jamu tentunya oleh kaum
wanita karena konon hasiatnya menjaga kewanitaan serta untuk ditanam di samping
rumah sebagai simbol hari, bulan dan tahun perkawinan juga, adapun ijuk yang
sama di pasang dileher buaya akan dimanfaatkan oleh pihak mempelai putri
sebagai tambang untuk pengikat dan sebagai sapu untuk membersihkan rumah. Tambang
dalam perkawinan diartikan untuk mengikat kekeluargaan dan berumah tangga dan
sapu diartikan jika dalam rumah tangga ada masalah maka dibersihkan
bersama-sama untuk menghilangkan kesalahpahaman, semoga dengan disapu bersama
dalam perkawinan bersih dari cobaan dan jika ada berusaha saling memahami
kelemahan diantara mempelai putra dan putri.
perlu di lestarikan
BalasHapus